berkecimpung dengan tanah liat sudah biasa bagi kang dir, biasa orang-orang memanggilnya |
(06/10/2015) Biasa orang- orang memanggilnya Kang Dir, Bagi lelaki 49 tahun ini, bekerja menjadi tukang pembuat bata merah sudah dilakoninya hampir sepuluh tahun lamanya. Dalam sehari jika cuaca sedang cerah ia bisa membuat rata-rata lima ratus sampai enam ratus biji dengan upah perbijinya tujuh puluh rupiah.
“Ya lumayan mas bisa buat ngasih makan anak istri,” ucapnya seraya tangannya terus mengaduk-aduk tanah.
Menurutnya, tanah merah yang dipakai untuk membuat bata sengaja di ambil dari salah satu tanah milik warga karena tanahnya yang bagus, juga dikenal halusnya jadi jika dicampur dengan ladu dan sekam akan menghasilkan batu bata yang tidak mudah pecah.
Pembuatan bata di daerah Mlaten rata-rata memang menggunakan cara manual tidak menggunakan mesin cetak ataupun mesin penggiling tanah, untuk mengaduk tanah yang akan dijadikan batu bata yaitu dengan menggunakan cangkul.
“Disini hampir semua perajin memang menggunakan cara manual, tapi untuk kualitasnya ya tidak kalah-kalah banget sama yang dicetak menggunakan mesin,” tuturnya.//mfd
“Ya lumayan mas bisa buat ngasih makan anak istri,” ucapnya seraya tangannya terus mengaduk-aduk tanah.
Menurutnya, tanah merah yang dipakai untuk membuat bata sengaja di ambil dari salah satu tanah milik warga karena tanahnya yang bagus, juga dikenal halusnya jadi jika dicampur dengan ladu dan sekam akan menghasilkan batu bata yang tidak mudah pecah.
Pembuatan bata di daerah Mlaten rata-rata memang menggunakan cara manual tidak menggunakan mesin cetak ataupun mesin penggiling tanah, untuk mengaduk tanah yang akan dijadikan batu bata yaitu dengan menggunakan cangkul.
“Disini hampir semua perajin memang menggunakan cara manual, tapi untuk kualitasnya ya tidak kalah-kalah banget sama yang dicetak menggunakan mesin,” tuturnya.//mfd
Posting Komentar